Assalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Segala puji hanya bagi Allah yang berfirman “Maka jangan kalian takut kepada mereka dan takutlah kalian kepada-Ku jika kalian adalah orang-orang yang beriman.” (Ali ‘Imran: 175)

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.

Ikhwani… sudah menjadi sunnatullah pada perjalanan dakwah tauhid dan para penganutnya adalah mengalami masa-masa takut dan kecemasan dari kejahatan musuh-musuh yang sedang berkuasa. Dimana para penguasa thaghut itu menggunakan kekuasaannya untuk membungkam kaum muwahhidin dengan pelumpuhan yang berbentuk penahanan atau melukai, dengan pembunuhan maupun pengusiran dan deportasi, sebagaimana firman-Nya: “Dan ingatlah tatkala orang-orang kafir memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu atau mengusirmu” (Al Anfal: 30)

juga firman-Nya tentang ancaman fir’aun kepada Nabi Musa: “Dia fir’aun berkata: Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan kamu ke dalam penjara.” (As Syu’ara: 29) dan firman-Nya: “Dan fir’aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya): Biar aku yang membunuh Musa…” (Al Mu’min: 26)

Maka ketika kondisi seperti itu, kaum muslimin yang hidup tertindas di dalamnya diliputi rasa cemas dan takut, sebagaimana yang dialami kaum mukminin Bani Israil di masa fir’aun: “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, selain keturunan dari kaumnya dalam keadaan takut bahwa fir’aun dan para pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.” (Yunus: 83) dan yang dialami Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya di awal Islam, sebagaimana firman-Nya: “Dan ingatlah ketika kalian (para muhajirin) masih berjumlah sedikit lagi tertindas di bumi Mekkah, dan kalian takut orang-orang (Mekkah) akan menculik kalian…” (Al Anfal: 26)

Dan itulah realita masa sekarang dimana tauhid dan para penganutnya menjadi kembali asing seperti semula di awal kemunculannya. Sebagaimana sabda Rasulullah di dalam hadits shahih: “Sesungguhnya Islam datang muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali asing seperti semula, maka bahagialah bagi al ghuraba.”

Kaum muwahhidin semua dalam kondisi mencekam dan khawatir dari kekejaman aparat fir’aun masa kini yang tidak mengenal belas kasihan kepada anak-anak balita, para wanita lemah dan kaum lanjut usia apalagi kepada para pemuda. Dimana fir’aun masa kini dan para aparatnya itu bila mereka menangkap dan menguasai kaum muwahhidin, maka mereka itu benar-benar bersikap sebagai musuh yang siap melampiaskan kesumatnya, sebagaimana firman-Nya: “Jika mereka menangkapmu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu lalu mereka melepaskan tangan dan lidahnya kepadamu untuk menyakiti dan mereka ingin agar kamu (kembali) kafir” (Al Mumtahanah: 2) dan firman-Nya: “Padahal jika mereka memperoleh kemenangan atas kamu maka tidak memelihara hubungan kekerabatan denganmu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian.” (At Taubah: 8)

Dan itulah realita dimana mereka tidak mengindahkan norma-norma kemanusiaan, kekerabatan dan perjanjian, karena peperangan bagi mereka adalah pelampiasan dendam dan hawa nafsu. Tapi itulah perjalanan dakwah tauhid, pasti mengalami ujian mihnah ketertindasan dan penganiayaan dari musuh yang berkuasa, dan itu adalah ketentuan Allah yang tidak bisa berubah dan telah menimpa para Rasul dan akan dialami oleh setiap orang yang membawa apa yang dibawa oleh para Rasul, sebagaimana firman-Nya ta’ala: “Dan sesungguhnya Rasul-Rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada yang bisa mengubah ketetapan Allah.” (Al An’am: 34).

Waraqah ibnu Naufal berkata kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak seorangpun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa, melainkan pasti disakiti dan dimusuhi.” (HR. Al Bukhari).

Tapi fase ketertindasan ini adalah fase yang mesti dilalui menuju tamkin di muka bumi ini yang bisa saja tidak dinikmati oleh orang-orang yang kokoh menghadapi ketertindasan itu, tapi dinikmati oleh orang-orang sesudah mereka yang melanjutkan jalan perjuangan sehingga bisa melihat kehancuran kekuasaan fir’aun-fir’aun zaman ini, sebagaimana firman-Nya ta’ala: “Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya, yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan kami hancurkan apa yang telah dibuat fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun.” (Al A’raf: 137) dan firman-Nya: “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi, dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.” (Al Qashash: 5-6) sedangkan yang ditakutkan fir’aun dahulu dan sekarang dari para penyeru dakwah tauhid ini adalah mereka mengganti ideologi negara dan rusaknya kepentingan dunia fir’aun-fir’aun dan kroni-kroninya itu, sebagaimana ucapan fir’aun dulu “Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia menyeru Tuhannya. Sesungguhnya aku takut dia akan mengganti dien (ideologi/hukum) kalian atau menimbulkan kerusakan di bumi.” (Al Mu’min: 26)

Oleh sebab itu bersabarlah wahai saudaraku, bersandarlah kepada Allah dan mintalah bimbingan kepada-Nya. Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mendatangkan manfa’at dan madlarat kecuali Allah. Bersabarlah, karena setelah perjalanan di padang yang tandus lagi gersang yang penuh binatang buas ini ada taman yang sejuk nan indah.

Abu Sulaiman